17 November 2025 - 20:34
Source: Parstoday
Mengapa Imam Khomeini Menyebut Basij sebagai "Anugerah Ilahi"?

Basij tidak dapat disebut sekedar sebuah lembaga militer atau sosial; tapi harus dianalisa sebagai sebuah fenomena multifaset dalam sejarah kontemporer Iran.

Berdasarkan kalender resmi Iran, tanggal 29 Aban hingga 5 Azar ditetapkan sebagai Pekan Basij Mostazafan. Dalam rangka itu, tulisan Parstoday ini meninjau keberadaan Basij di Iran.

Pembentukan Basij pada tahun 1979 (1358 Hijriah Syamsiah) atas perintah Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, merupakan jawaban terhadap kebutuhan revolusi yang masih muda untuk membela diri dan mengorganisasi rakyat. Imam Khomeini menyebutnya sebagai “karunia Ilahi”, dan dalam pandangannya, Basij bukan sekadar sebuah organisasi, tetapi sebuah sekolah cinta dan pengorbanan. Pandangan ini menjadikan Basij sebagai sebuah konsep spiritual dan kultural yang mengakar dalam kesadaran masyarakat Iran

.

Imam Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam, juga memperkenalkan Basij bukan semata sebagai sebuah organisasi, tetapi sebagai sebuah budaya—budaya yang berlandaskan keimanan, rasa tanggung jawab, kepatuhan terhadap hukum, dan kedisiplinan. Budaya ini melampaui batas-batas struktural organisasi, dan banyak orang bahkan tanpa keanggotaan resmi pun menganggap diri mereka sebagai anggota Basij. Pada kenyataannya, Basij telah menjadi sebuah identitas kolektif yang akar-akarnya dapat ditemukan dalam tradisi masa awal Islam dan upaya Rasulullah (Saw) dalam mempersiapkan kaum Muslim.

Selama empat dekade terakhir, Basij telah memiliki berbagai fungsi di Iran:

  • Militer dan keamanan: Kehadiran luas dalam Perang Iran–Irak, pengiriman jutaan relawan, serta mempersembahkan puluhan ribu syahid dan veteran.

  • Kultural: Penyelenggaraan kelompok-kelompok Salehin, program Rahian-e Noor, serta kegiatan di ruang maya untuk membangun kekuatan lunak.

  • Sosial dan pelayanan: Partisipasi dalam vaksinasi nasional, bantuan dalam gempa bumi dan banjir, upaya pengentasan kemiskinan, serta membantu masyarakat yang membutuhkan selama krisis Corona.

Keragaman fungsi ini menunjukkan bahwa Basij bukan hanya sebuah kekuatan militer, tetapi juga telah berperan sebagai lengan sosial dan kultural negara.

Pada akhirnya, Basij harus dianalisis sebagai sebuah fenomena sosial–kultural dengan fungsi militer dan pelayanan. Lembaga ini telah mampu berperan secara efektif pada momen-momen historis penting dan sekaligus berubah menjadi sebuah budaya umum. Masa depan Basij bergantung pada kemampuannya menyesuaikan diri dengan kebutuhan generasi baru dan perubahan sosial, karena keberlanjutannya tidak hanya terletak pada struktur organisasinya, tetapi juga pada kehidupan kultural dan spiritual masyarakat Iran. (MF)

Your Comment

You are replying to: .
captcha